Cari Artikel

    • ONLINE

      Kamis, 19 Agustus 2010

      keutamaan shalat malam

      Ada seorang laki-laki yang membeli seorang budak (hamba sahaya). Lalu si budak berkata, “Wahai tuanku, hamba mengajukan tiga syarat kepadamu: pertama, tuan tidak boleh melarang hamba melakukan shalat bila tiba waktunya; kedua, tuan hanya boleh meminta pelayanan pada siang hari dan tidak mempekerjakan hamba di malam hari; ketiga, sudilah kiranya tuan membuatkan untuk hamba sebuah gubug dimana tak seorang pun boleh masuk ke gubug itu selain hamba.”
      Sang majikan berkata, “Keinginanmu aku penuhi.” Lalu katanya lagi, “Coba kamu lihat keadaan sekeliling rumah ini!”
      Kemudian budak tadi mengelilingi rumah majikannya, hingga ia melihat sebuah gubug yang kosong, maka ia pun memilihnya sebagai tempat tinggal.
      “Mengapa kamu memilih tempat yang kosong dan rusak”, tanya majikannya.
      Si budak menjawab, “Tuan, apakah tuanku tidak tahu bahwa tempat yang kosong akan terasa ramai dan laksana taman nan indah apabila bersama Allah?”
      Selanjutnya, si budak tinggal di gubug tersebut pada malam hari.
      Pada suatu malam sang majikan mengadakan jamuan minum yang diiringi musik. Dan ketika tengah malam setelah teman-temannya pada pulang, sang majikan bangkit dan berjalan mengelilingi rumahnya. Kemudian pandanganya tertuju pada gubug si budak itu.
      Ketika memandangnya, ia merasa heran, karena di dalam gubug budak tadi terdapat lentera penerangan yang tergantung dari langit, sementara si budak dalam keadaan sujud bermunajat kepada Tuhannya. Dalam munajatnya ia berdoa:
      “Tuhan! Engkau telah mewajibkan pada saya untuk melayani majikan saya di siang hari, andaikan tidak ada kewajiban tersebut, tentu hamba akan menyibukkan diri dengan berkhidmat (melayani) Engkau siang malam. Oleh karena itu, ampunilah hamba.”
      Sang majikan terus-menerus memandang budaknya hingga fajar menyingsing, kemudian lentera tersebut naik ke langit, dan atap genting pun merapat kembali seperti semula.
      Kemudian sang majikan menceritakan pada istrinya tentang keistimewaan yang dimiliki budaknya. Dan malam berikutnya sang majikan beserta istrinya menghampiri kamar budak itu. Mereka pun melihat lagi lentera yang bergantung dari langit, dan si budak sedang bersujud dan bermunajat hingga terbit fajar.
      Pada pagi harinya suami istri itu memanggil budaknya dan berkata, “Engkau sekarang bebas karena Allah, sehingga kamu lebih banyak waktu untuk melayani Majikan yang kamu mohon ampunan dari-Nya.”
      Lalu suami istri itu menceritakan semua yang telah mereka lihat. Ketika si budak mendengar penjelasan majikanya, maka ia mengangkat tanganya dan berdoa,
      “Tuhanku, aku telah memohon pada-Mu untuk tidak membuka rahasiaku dan tidak memperlihatkan keadaanku. Dan sekarang Engkau telah membukanya, karena itu cabutlah nyawaku!”
      Maka seketika itu juga si budak meninggal dunia. Semoga Allah Swt. merahmatinya.
      (Sumber: An-Nawaadir: Kisah-Kisah Ajaib Untuk Peningkatan Iman. Karya: Ahmad Syihabuddin Salamah Al-Qalyubi. Penerjemah: Ustadz Drs. Musthofa Sayani. Pustaka Dana Syariah Bandung)

      0 komentar:

      Posting Komentar

      Popular Posts

      next page

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news